Imam Al-Ghazali adalah seorang filsuf Muslim Persia yang dikenal di dunia Barat abad pertengahan. Beliau juga dikenal dengan banyak karyanya yang memengaruhi sejarah peradaban Muslim dan pengaruhnya berdampak pada masa kini, siapakah Imam Al-Ghazali? Simak pembahasan di bawah lebih lanjut mengenai Imam Hidup Al-GhazaliImam Al-Ghazali memiliki nama lengkap Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali. Al-Ghazali lahir di kota kecil yang terletak di dekat Thus, provinsi Khurasan, Republik Islam Irak pada thun 450 H 1058 M.Nama Ghazali berasal dari ghazzal yang berarti tukang menenun benang, karena pekerjaan ayahnya adalah penenun benang wol. Sedangkan Ghazali juga di ambil dari kata Ghazalah yaitu kampung kelahiran Al-Ghazali dan nama inilah yang sering dikenal dengan Imam Al-Ghazali adalah tokoh sufi yang terkenal pada abad ke-5. Ayah juga menekuni sufi dan menjadi tasawuf yang hebat di Al-Ghazali mengenal tasawuf ketika sebelum ayahnya meninggal, karena dulu orang tuanya gemar mempelajari tasawuf. Ayahnya menitipkan Al-Ghazali kepada saudaranya yang bernama Ahmad, seorang sufi dengan tujuan utnuk mendidik dan membimbing Al-Ghazali dengan Pendidikan Al-GhazaliKarena Al-Ghazali sejak kecil memang senang mempelajari ilmu pengetahuan dan sudah belajar dengan beberapa guru di kota kelahirannya. Gurunya di antara lain bernama Ahmad Ibnu Muhammad Al tahun 465-470 H ketika Al-Ghazali berusia 15 tahun memutuskan pergi ke Mazardaran, Jurjan untuk melanjutkan studinya dalam bidang fiqh di bawah bimbingan Abu Nasr al-Ismaily selama 2 menamatkan studinya di Jurjan, pada usia ke 20 tahun Al-Ghazali melanjutkan pendidikannya ke madrasah Nizamiyah Nizabur dan berguru kepada Yusuf Al-Nassaj seorang pemuka agama yang terkenal dengan sebutan Immanuel Haramain ata Al-Juwayni Al-Haramain seorang ulama Syafi’iyyah beraliran Asy’ariyyah hingga pada usia 28 diberi gelar Bahrum Mughriq laut yang menenggelamkan. Al-Ghazali meninggalkan Naisabur setelah Imam Al Juwaini meninggal dunia pada tahun 478 H 1085 M, kemudian Ia mengunjungi Nizhdm al-Mar di kota Muaskar dan mendapatkan penghormatan yang besar sehingga diperbolehkan tinggal disana selama 6 tahun 1090 M Al Ghazali diangkat menjadi guru di Universitas Nizhfimiyah, Baghdad. Selain mengajar, Al Ghazali juga belajar filsafat secara otodidak, baik filsafat Yunani maupun filafat Islam, terutama pemikiran al-Farabi, Ibnu Sina dan Ikhwan terhadap filsafat terbukti pada Besar Al GhazaliKarya-Karya Imam Al-Ghazali masih belum disepakati berapa banyak jumlahnya, dalam Thasi Kubra Zadeh di dalam Miftah as-Sa’adah wa Misbah as-Syiyadah disebutkan karyanya mecapai 60 buah. Ada yang menyebut Al-Ghazali telah memiliki 999 buah tulisannya meliputi berbagai ilmu pengetahuan. Dan berikut adalah beberapa warisan dari karya ilmiah yang paling besar pengaruhnya terhadap pemikiran umat Islam Maqfishid Al Falisifah tujuan-tujuan pada filosofi adalah karangan pertama berisi masalah-masalah Al Faldsifah kekacauan pikiran para filosof yang dikarang ketika jiwanya dilanda keraguan-keraguan di Baghdad dan Al-Ghazali mengecam filsafat para filosof dengan Al Ilm kriteria ilmu-ilmu.Ibya Ulum Ad Din menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama, merupakan karya terbesar selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Damaskus, Yerussalem, Hijfiz dan Thus yang berisi panduan antara fiqih, tasawuf, dan Munqidz Min Ad Dialfil penyelamat dari kesatuan, merupakan sejarah perkebangan alam pikiran Al Ghazali dan merefleksikan sikapnya terhadap beberapa maam ilmu serta jalan mencapai Malirif Al Aqliyyah pengetahuan yang rasional.Misykat Al Anwar lampu yang bersinar banyak, pembahasan akhlaq At Abidin mengabdikan diri pada Tuhan, merupakan bacaan mengeni beriman kepada Allah SWT semua ibadahnya dan amalannya hanya untuk Tuhan, karena itu cara untuk mendekatkan dirinya dengan sang Iqtishad fi Al I’tiqad moderasi dalam akidah mengikuti ajaran dalam agama dan kepercayaan Al Walad wahai anak mengajarkan tentang akhlak seorang anak dalam akidah Mustasyfa yang terpilih orang yang terpilih dalam organisasi dalam Al Awwam’an al Kalam perkataan Tuhan kepada manusia.Mizan Al Amal timbangan amal tentang akhlak amal tersebut menjadi objek penelitian bagi pelajar dan ahli-ahli mulai dari kalangan umat Islam maupun dari kalangan Masa Tua Al-Ghazali Hingga Akhir HayatKehidupan Al-Ghazali pada masa tuanya telah mantap menjadi seorang sufi. Keyakinan Al-Ghazali bahwa tasawuf adalah jalan terbaik yang akan mengantarkan pada kebenaran berhenti mengajar, Al-Ghazali kembali ke kota kelahirannya di Thus dan mendirikan sebuah halaoh sekolah khusu untuk calon sufi yang akan Al-Ghazali asuh sendiri sampai Ia wafat pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H 1111 M dalam usianya yang ke 55 tahun dengan meninggalkan beberapa anak wafat dalam keadaan ketika sedang mempelajari ilmu tentang tradisi. Tapi, sumber lain mengatakan, Al-Ghazali sedang mempelajari Shahih Bukhari dan Sunan Abu Daud. Dan meninggal dunia dalam keadaan memeluk kitab Sahih Bukhari.
1 Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak, baik sedikit maupun banyak. Seperti sihir, azimat, nujum, dan ilmu tentang ramalan nasib. Ilmu ini tercela karena tidak memiliki nilai manfaat baik di dunia maupun di akhirat. 2. Ilmu pengetahuan yang terpuji, bail sedikit maupun banyak.
I. Berilah tanda silang X pada huruf a, b, c, d atau e, pada jawaban yang benar! 1. Imam al-Ghazali dilahirkan di kota a. Yerusalem b. Thus c. Taheran d. Cairo e. Palestina 2. Siapakah guru pertama al-Ghazali di bidang tauhid… a. Al Juwaini b. Washil bin al Atha c. Abu Hasan al Asy’ari d. Ali al Juba’i e. Qadhi Abdul Jabbar 3. Ayah al-Ghazali adalah seorang tokoh… a. hadis b. fikih c. ushul Fikih d. tasawuf e. bahasa Arab 4. Apa yang dilakukan oleh al-Ghazali saat pindah dari Baghdad menuju Damaskus… a. menuntut ilmu b. mencari nafkah c. menjadi menteri d. melakukan I’tikaf e. berdebat dengan filosof 5. Karya al-Ghazali yang paling monumental… a. Ihya Ulumuddin b. Mi’yar al ’ilmi c. Tahafut al Falasifah d. Arba’in fi Ushuluddin e. Qowaid al-’Aqa’id 6. Ibnu Sina dilahirkan di kawasan… a. Persia b. Bukhara c. Cairo d. Fes e. Khourtom 7. Di usia berapakah Ibnu Sina telah menghapal al Qur’an… a. 7 tahun b. 9 tahun c. 10 tahun d. 16 tahun e. 17 tahun 8. Di usia 16 tahun Ibnu Sina sudah menjadi… a. guru b. ulama c. filosof d. psikiater e. dokter 9. Seorang penguasa Bukhara yang disembuhkan oleh Ibnu Sina bernama… a. Jengis Khan b. Nuh ibn Manshur c. Yazid bin Muawiyah d. Muhammad II e. Musa bin Nushair 10. Karya Ibnu Sina yang berupa ensklopedi di bidang kedokteran. .. a. Kitab al-Najah b. Al-Qanun Fi al-Thib c. Al-Syifa d. Al-Dawa’ e. Al-Da’ II. Jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Jelaskan petualangan al-Ghazali dalam menuntut ilmu ! 2. Apakah judul karya al-Ghazali yang menolak filsafat? 3. Di mana dan kapan al-Ghazali wafat ! 4. Gelar apakah yang diberikan kepada Ibnu Sina? 5. Apakah Julukan untuk Ibnu Sina di barat ?
Berikutbeberapa pendapat ulama Sunni non-Wahhabi kontemporer terhadap Wahabi Salafi: 1. Dr. Ali Jumah, mufti Mesir mengatakan bahwa Wahabi Salafi adalah gerakan militan dan teror. [1] 2. Dr. Ahmad Tayyib, Syekh al-Azhar mengatakan bahwa Wahabi tidak pantas menyebut dirinya salafi karena mereka tidak berpijak pada manhaj salaf.
Imam Abu Hamid Muhammad dan lebih dikenal dengan al-Ghazali adalah salah seorang ilmuwan yang sangat masyhur, baik itu di dunia Barat maupun Timur. Kehadirannya banyak memberikan khasanah dan peninggalan berharga bagi kehidupan manusia. Sosok figur al-Ghazali sebagai pengembara ilmu yang sarat akan pengamalan, mengantarkan posisinya menjadi tokoh di segala bidang ilmu agama dan dikenang di setiap zaman. Kegigihan Imam al-Ghazali dalam menelusuri kebenaran ilmu berbekal kecerdasan dan pemikirannya yang cemerlang menghasilkan ciri keulamaan sekaligus kecendikiaannya. Yang mana hal ini membuatnya pantas menyandang gelar sebagai Hujjatul Islam. Selain seorang teolog dan sufi muslim yang disegani, al-Ghazali memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan. Imam Al-Ghazali dan Pendidikan Di antara karya besarnya yakni Ihya al-Ulumuddin, Fatihat al-Ulum, dan Mizan al-Amal, adalah tiga di antara karyanya yang berisi tentang pandangannya terhadap persoalan-persoalan pendidikan. Salah satu persoalan pendidikan yang mendapat perhatian besar dari al-Ghazali adalah perihal guru dan kaitannya dengan proses pendidikan. Al-Ghazali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti al-Muallimin guru, al-Mudarris pengajar, dan al-Walid orangtua. Bagi beliau, guru atau pendidik bertugas dan bertanggung jawab atas pendidikan dan pengajaran dengan cakupan yang lebih luas. Dalam kitab Ihya Ulumuddin, al-Ghazali mengungkapkan bahwa apabila ilmu pengetahuan itu lebih utama dalam segala hal, maka mempelajarinya merupakan kemuliaan. Pengajar ilmu akan mendapatkan faedah dari keutamaan dan kemuliaan itu. Hal ini bermakna mengajar dan mendidik adalah perbuatan sangat mulia, karena secara naluri orang yang berilmu itu dimuliakan dan dihormati oleh orang. Guru Profesi Mulia Ilmu pengetahuan itu sendiri sangat mulia dan mempelajarinya merupakan ajaran agung Islam, maka mengajarkannya adalah memberi kemuliaan. Akan tetapi posisi pengajar dalam masyarakat modern dewasa ini lebih sering dianggap sebatas petugas semata yang mendapat gaji dari negara atau instansi yang tanggung jawabnya tertentu. Tugas dan tanggung jawab pun menjadi kering dan terasa formal. Padahal sesungguhnya tugas mengajarkan ilmu itu menduduki posisi terhormat dan mulia. Kehormatan dan kemulian yang disandang guru membawa konsekuensi logis bahwa pengajar lebih dari sekadar petugas yang hanya menerima gaji. Guru sebagai figur teladan mesti memperlakukan anak didiknya dengan sebaik-baiknya. Anak didik sebagai manusia yang mudah dipengaruhi, sifat-sifatnya mesti dibentuk dan untuk mengenal peraturan moral serta ajaran ilahi. Itulah sebabnya seorang guru tak cukup hanya mengandalkan kepandaian atau kepemilikan otoritas disiplin ilmu tertentu saja. Dia haruslah orang yang berbudi dan beriman sekaligus pandai beramal. Tingkah laku guru dapat memberikan pengaruh langsung pada kepribadian anak didiknya. Jika hal ini dapat dimanifestasikan dengan baik, maka rasa hormat anak didik terhadap sang pengajar akan datang sehingga pelajaran hidup dapat mudah merasuk ke dalam hati anak didik. Ilmu Bermanfaat Dengan demikian, guru adalah orang yang menempati status mulia. Gurulah yang memasukkan pendidikan akhlak dan keagamaan dalam hati sanubari muridnya. Sedangkan jiwa manusia adalah unsur paling mulia pada bagian tubuh manusia. Dan manusia merupakan makhluk yang paling mulia, dibandingkan dengan makhluk lainnya. Menurut al-Ghazali, dalam mengajarkan ilmu pengetahuan seorang guru hendaknya memberikan penekanan pada upaya membimbing dan membiasakan amal. Hal ini agar ilmu yang diajarkan tidak hanya dipahami dan dikuasai, akan tetapi lebih dari itu perlu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat kualitas ilmu yang diajarkan memang bukan pada hafalan atau teori semata, melainkan pada pengamalannya. Seorang guru dianggap berhasil manakala hal yang diajarkannya dapat diamalkan oleh sang murid. Dari sanalah pahala ilmu jariyah itu akan mengalir berupa ilmu yang bermanfaat.* Gian *disunting dari Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam oleh Rahman Padung ket ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi
Scribdadalah situs bacaan dan penerbitan sosial terbesar di dunia. Pandangan Imam Al-Ghazali. Buka menu navigasi. Tutup saran Cari Cari. id Change Language Ubah Bahasa. close menu Bahasa. English; español; português; Deutsch; français;
- Al-Ghazali memberikan pengaruh signifikan kepada para filsuf dari lintas agama pada abad pertengahan. Al-Ghazali lahir pada 450 H atau antara Maret 1058 hingga Februari 1059 M dengan nama asli Abu Hamind ibn Muhammad atau dikenal sebagai Algazel oleh orang Barat, adalah teolog Muslim, ahli hukum, filsuf, dan seorang mistik dari Persia. Ia lahir di kota Tabaran di distrik Tus yang sekarang terletak di Iran modern. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Abbas Ibnu Firnas, Orang Pertama Pencipta Mesin Penerbangan dari Abad ke-8 Menurut catatan biografi tokoh dunia yang dilansir dari Famous Philosophers, ayah Al-Ghazali meninggal di tengah kemiskinan yang parah. Sang ayah menitipkan Al-Ghazali dan adik laki-lakinya, Ahmad, dalam perawatan seorang sufi. Al-Ghazali mulai menerima pengajaran ilmu hukum Islam dari seorang guru lokal bernama Ahmad al-Radhakani. Haus ilmu, Al-Ghazali kemudian pergi berguru dengan Al-Juwayni di Nishapur tentang ilmu hukum dan teologi. Ia berguru hingga ajal menjemput Al-Juwayni. Setelah itu, Al-Ghazali kemudian bergabung menjadi pemimpin agama di istana Nizam al-Mulk, yang saat itu menjadi wazir atau setara perdana menteri dari sultan Suljuk di Isfahan pada 1085. Atas dedikasi pada ilmu agama dan penerapannya, Al-Ghazali dianugerahi gelar "Kecemerlangan Agama" dan "Mulia di antara Para Pemimpin Agama". Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Ibnu Khaldun, Sejarawan Muslim Peletak Dasar Ilmu Sosial Dunia Pada 1091, Nizam al-Mulk mempromosikan Al-Ghazali menjadi guru besar di madrasah Nizamiyya di Baghdad. Namun, 4 tahun kemudian, pada 1095, Al-Ghazali mengalami krisis spiritual. Guru besar ini lalu meninggalkan kariernya di Baghdad untuk pergi berziarah ke Mekkah. Dia menghabiskan beberapa waktu di Damaskus dan Yerusalem, dalam perjalanannya mengunjungi Mekkah dan Madinah pada 1096, Al-Ghazali kembali ke Tus menghabiskan beberapa tahun berikutnya dalam pengasingan, yang tidak mengikuti ajaran yang disokong oleh negara. Namun, Al-Ghazali tetap menerbitkan karya, menerima tamu, serta mengajar di madrasah swasta dan biara Sufi yang dibangunnya. Wazir Agung Ahmad Sanjar, Fahr al-Mulk, mendesak Ghazali untuk kembali ke Nizamiyya di Nishapur. Awalnya, ia bersikeras menolak, tetapi akhirnya diterimanya pada 1106. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] John Philip Holland, Pencipta Kapal Selam Modern Selama hidup al-Ghazali ia menulis lebih dari 70 buku tentang sains, filsafat Islam, dan tasawuf. Al-Ghazali menerbitkan bukunya The Incoherence of Philosophers, hal ini ditandai sebagai titik balik dalam epistemologi Islam. Pandangan skeptisismenya membuat Al-Ghazali membentuk keyakinan bahwa semua peristiwa dan interaksi bukanlah produk dari konjungsi material, melainkan kehendak Tuhan yang hadir dan langsung. Karya Al-Ghazali lainnya yang paling terkenal adalah Ihya "Ulum al-Din" atau Kebangkitan Ilmu Agama. Karya tersebut mencakup hampir semua bidang ilmu Islam. Ini termasuk yurisprudensi Islam, teologi, dan tasawuf. Buku tersebut mendapat banyak komentar positif. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Charlemagne, Penguasa Eropa Abad Pertengahan yang Ubah Rakyatnya Jadi Kristen Al-Ghazali kemudian menulis versi ringkas dari "The Revivial of Religious Sciences in Persia" dengan judul "Kimiya-yi sa'adat" yang juga dikenal sebagai "The Alchemy of Happiness". Al-Ghazali memberikan pengaruh signifikan kepada para filsuf dari lintas agama pada abad pertengahan. Salah satu yang paling terpengaruh adalah St Thomas Aquinas. Al-Ghazali juga memainkan peran utama dalam menggabungkan Sufisme dan Syariah. Dia adalah orang pertama yang menggabungkan konsep tasawuf ke dalam hukum Syariah dan yang pertama memberikan deskripsi formal tasawuf dalam karya-karyanya. Al-Ghazali kembali ke Tus pada 1110 dan menolak undangan wazir agung Muhammad I untuk kembali ke Baghdad. Menurut sebagian besar sejarawan dan catatan biografi tokoh dunia, Al-Ghazali meninggal pada 18 Desember 1111. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Ibnu Sina, Filsuf Muslim Perintis Ilmu Kedokteran Dunia Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Oyf4I19. 111 130 231 47 477 235 485 240 36